- Pembukaan Kegiatan Apresiasi GTK Berprestasi
- Kontingen OSN SD dan SMP Papua
- Hasil Pertaningan Futsal Disdik Papua vs BPSDA
- Technical Meeting Turnamen Futsal Piala Gubernur 20242
- Upacara Tabur bunga peringatan wafatnya pahlawan Nasional Martha Christina Tiahahu
- Pemenuhan Indikator SPM Pendidikan SLB
- Persiapan dan Keberangkatan Kontingen Provinsi Papua Olimpiade Sains Nasional (OSD) Tingkat Nasional
- Lomba Debat Bahasa Inggris, Karya Tulis Ilmiah dan Kewirausahaan
- Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Tingkat Provinsi Papua
- Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional Tingkat Provinsi Papua Tahun 2023
Apakah dia mengalami Depresi? Cek Bicaranya
Jakarta, Beberapa orang pandai menyembunyikan perasaan, dari luar tampak baik-baik saja meski hatinya menangis tercabik-cabik. Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menentukan dengan tepat tingkat keparahan depresi berdasarkan cara berbicara.
Dalam penelitian yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa cara berbicara susah dipalsukan ketika seseorang sedang depresi. Perubahan cara bicara itu bisa dipakai untuk mengukur tingkat keparahan depresi yang dialami.
Adam Vogel, kepala Speech Neuroscience Unit di University of Melbourne mengatakan bahwa cara berbicara adalah penanda kesehatan otak yang sangat kuat. Berbagai perubahan yang terjadi pada cara berbicara bisa menunjukkan seberapa bagus otak bekerja.
"Cara berbicara orang yang sedang depresi berubah dan dipengaruhi oleh terapi yang diberikan, menjadi lebih cepat dengan jeda yang lebih pendek," kata Vogel dalam laporannya di jurnal Biological Psychiatry seperti dikutip dari Medindia, Selasa (21/8/2012).
Dalam penelitian tersebut, Vogel melakukan pengamatan terhadap 105 pasien yang sedang menjalani terapi untuk menyembuhkan depresi. Beberapa hal yang diamati antara lain waktu, nada dan intonasi bicara yang kemudian dibandingkan dengan hasil pemeriksaan psikologis.
Para pasien diminta melakukan panggilan telepon ke sebuah mesin penjawab otomatis. Ada yang diminta berbicara apa saja, mengungkapkan perasaan dan sebagian hanya diminta untuk membaca teks supaya tidak perlu repot-reopot memikirkan mau bicara tentang apa.
"Temuan ini memungkinkan para psikolog jadi lebih fleksibel dalam memeriksa pasien dari jarak jauh, hanya dengan mendengarkan pola dan cara berbicara meski dari lokasi yang sangat jauh atau di kampung-kampung," kata James Mundt dari Centre for Psychological Consultation di Wisconsin.