- VISI DAN MISI GUBERNUR PAPUA PERIODE 2018 - 2023
- Kegiatan Senam Pagi Bidang Perpustakaan
- Acara Serah Terima Jabatan Kepala SMA, SMK di Wilayah Adat Mamta
- Serah Terima 8 Kepsek SMA/SMK Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak dan Kabupaten Puncak Jaya
- Pembukaan Rapat Paripurna Dalam Rangka Penyerahan dan Pembahasan LKPJ Gubernur Papua Tahun 2021
- Pembimbingan & Pelatihan Pengatalogan Berbasis ( RDA)
- Perayaan Paskah Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua
- Rapat Dengar Pendapat Komisi V DPR PAPUA dengan DPPAD Provinsi Papua
- DISKUSI PERATURAN PEMERINTAH NO 107 TAHUN 2021
- Sosialisasi afirmasi PKN STAN KEMENKEU
Nyanyikan Anti Putin, Personel Pussy Riot Dibui

Keterangan Gambar : Pussy Riot
Rusia - Pengadilan Rusia memvonis penjara dua tahun personel band Pussy Riot karena menyanyikan lagu anti Presiden Vladimir Putin.
Pengadilan menetapkan tiga anggota band itu bersalah melakukan 'hooliganisme' dengan motivasi agama.
Hakim Marina Syrova mengatakan para anggota band "secara berhati-hati merencanakan" nyanyian mereka tanggal 21 Februari lalu di dalam katedral di Moskow. "Tolokonnikova, Alyokhina dan Samutsevich melakukan "hooliganisme" -- dengan kata lain pelanggaran berat ketertiban umum," kata Syrova.
"Pengadilan menyatakan mereka bersalah. Pengadilan meraih putusan berdasarkan kesaksian terdakwa sendiri dan bukti lain," tambahnya.
Jaksa menuntut hukuman tiga tahun penjara atas tiga anggota band itu.
Para pendukung band itu melakukan protes di sejumlah tempat di Moskow. Keamanan ketat pun diterapkan dan sejumlah jalan ditutup.
Pussy Riot mengecam kasus tersebut yang mereka katakan diorganisir Putin.
Buat Marah Gereja
Sejumah selebriti termasuk bintang pop Amerika, Madonna, menyerukan agar mereka dibebaskan.
Ketiga anggota band itu mengatakan "doa punk" mereka adalah tindak politik untuk memprotes gereja ortodoks Rusia yang mendukung Presiden Putin.
Dalam penampilan seronok mereka di dekat altar mereka meminta Bunda Maria untuk "menggeser Putin".
Nyanyian mereka membuat marah gereja Ortodoks dan ketua gereka Kirill menyebutkan penampilan itu sama saja dengan penghujatan agama. Namun sejumlah warga Rusia menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah membungkam kritikan.
